Jayapura, Topikpapua.com, – Konflik bersenjata yang belakangan kerap terjadi di Kabupaten Intan Jaya Papua ternyata tak hanya berdampak pada situasi keamanan warga sipil di sana, namun juga berdampak pada populasi Dingo ‘anjing bernyayi Papua’.
Keadaan tersebut menimbulkan kekhawatiran Arkolog Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto. Ia memandang situasi yang terjadi saat ini terjadi di Intan Jaya dapat mengganggu habitat anjing bernyanyi Papua atau New Guinea singing dog yang sudah sangat langka.
“Anjing ini dulu tersebar di seluruh pegunungan Papua hingga Papua Nugini. Saat ini, di Papua Nugini sudah punah, tinggal tersisa di pegunungan Papua saja. Rimba Puncak dan Intan Jaya merupakan habitat alami anjing bernyanyi Nugini,” ujarnya melalui keterangan tertulis yang di terima Redaksi Topik, Senin (22/02/21).
Menurut Hari, hingga kini belum ada laporan mengenai adanya anjing bernyanyi nugini atau yang sering disebut Dingo, yang menjadi korban akibat konflik bersenjata tersebut.
Namun suara-suara tembakan bisa memicu anjing tersebut bermigrasi karena satwa tersebut tidak terbiasa dengan kebisingan dan kehadiran manusia.
“Kemungkinan, akibat habitat nya terganggu, anjing bernyanyi Papua ini berpindah ke area tambang Grasberg Freeport,” kata Hari.
Ia menjelaskan, Anjing bernyanyi di pegunungan Papua memiliki ciri khas dan oleh beberapa ahli dianggap sebagai anjing paling primitif yang menetap di pegunungan Papua sejak beberapa ribu tahun silam.
Menurutnya, Anjing bernyanyi Papua berasal dari jenis yang istimewa, Canis familiaris hallstromi dan masih kerabat dekat anjing dingo Australia.
“Yang paling khas dari Anjing Canis familiaris hallstromi adalah anjing ini tidak menggonggong tetapi bernyanyi, atau lebih tepatnya melolong dan hal ini terjadi saat bulan naik atau bulan purnama,” Pungkas Hari. (Redaksi Topik)