Jayapura, Topikpapua.com, – Ratusan anak asal kabupaten Nduga Papua terancam putus sekolah setelah mereka memilih untuk kabur dan mengungsi ke Wamena menyusul Konflik yang terjadi di kabupaten Nduga sejak awal Desember 2018.
Hal ini terungkap setelah komisi V DPR Papua mengunjungi sekolah darurat yang di buat relawan dan dinas pendidikan kabupaten Nduga di halaman gereja Kingmi Weneroma Sinakma, Kabupaten Jayawijaya, kamis (14/02/19).
Dalam kunjungan tersebut, komisi V DPR Papua melihat secara langsung kondisi ratusan anak yang sedang belajar di ruangan darurat bertembokkan tenda seadanya yang di bangun secara swadaya oleh para sukarelawan.
“ kondisi ini sangat memprihatinkan, mereka adalah generasi emas Papua namun saat ini mereka harus mengalami hal seperti ini, “ kata anggota komisi V DPR Papua, Yohanis L Romsumbre kepada redaksi Topik, di ruang kerjanya Senin (18/02/19).
Menurut Romsumbre, selain harus bersekolah di tenda darurat, ratusan anak-anak tersebut juga di laporkan tinggal menumpang di rumah warga di pinggiran kota wamena bahkan harus menumpuk hingga 30 orang dalam satu rumah.
“ kan kasihan mereka.., harus menumpang di rumah orang dan menumpuk hingga ada yang 20 bahkan 30 anak dalam satu rumah yang kapasitasnya hanya untuk 5 orang, belum lagi soal makan minum mereka, “ beber Yohanis.
Dijelaskan Yohanis, bila anak-anak ini berasal dari 12 distrik yang ada di kabupaten Nduga, mereka memilih kabur dari rumah mereka karena takut kepada aparat yang sejak peristiwa 2 desember lalu menyisir kampung-kampung di Nduga untuk mencari Kelompok pelaku pembunuhan para pekerja PT. Istaka Karya.
“ jadi karena takut mereka inisiatif sendiri untuk keluar dari kampung mereka, ada yang lari ke Asmat, ada yang ke Lanny jaya da nada yang ke Wamena, “Kata Yohanis.
Lanjut Yohanis bila saat ini Ratusan anak tersebut terancam putus sekolah karena kebanyakan dari mereka tidak mengikuti proses belajar mengajar dengan baik sementara waktu ujian Nasional sudah makin dekat.
“ kan mereka itu tinggal menumpang di rumah warga di pinggiran kota wamena yang jaraknya lumayan jauh ke sekolah sementara mereka di halaman gereja kingmi Weneroma Sinakma, jadi kalau ada tumpangan ya mereka ke sekolah, kalau tidak ada ya mereka tidak pergi, “ jelas Yohanis.
Anggota Komisi V dari jatah 11 kursi Otsus itu pun mengaku ada 4 hal serius yang harus segera di perhatikan Pemerintah Papua, Antara lain meminta kepada Pemerintah Papua agar memberikan pelayanan pendidikan yang nyaman dan manusiawi bagi anak-anak sekolah yang saat ini sedang berada di daerah-daerah pengungsian.
Kedua, Komisi V meminta agar pemerintah provinsi Papua memperhatikan masalah kesehatan para anak-anak dan orang dewasa lainnya yang saat ini masih mengungsi di daerah sekitar Nduga.
Ketiga, meminta Pemerintah Provinsi papua agar memperhatikan bahan natura dan pakaian layak pakai bagi para pengungsi yang sementara bermukim di rumah-rumah warga pada kampung-kampung di pinggiran kabupaten Jayawijaya, Lanny Jaya dan Asmat.
Keempat, Komisi V DPR Papua meminta kepada pihak TNI/Polri di Papua agar memberikan jaminan keamanan dan kepastian rasa nyaman bagi semua warga sipil yang ada di kampung-kampung di kabupaten Nduga maupun warga masyarakat yang sementara berada di daerah pengungsian.
“ Kami juga mohon kepada aparat keamanan agar sementara waktu jangan dulu mengunjungi anak-anak di tempat mereka belajar maupun di rumah warga tempat mereka mengungsi, karena mereka masih trauma,” Pungkas Yohanis. (Nug)