Jayapura, Topikpapua.com, – Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring mengungkapkan telah menyiapkan 600 personil untuk mengawal pembangunan jembatan jalan trans Papua di daerah Mbua Kabupaten Nduga, pasca kejadian pembantaian pekerja PT Istaka Karyapada tanggal 02 Desember tahun 2018 lalu.
Menurut Mayjen Yosua, Pembangunan infrastruktur di Nduga adalah salah satu program strategis Nasional, sama halnya dengan program-program lainnya di seluruh Indonesia. Pembangunan ini bertujuan untuk membuka isolasi daerah, meningkatkan kesejahteraan rakyat, guna menjamin keadilan sosial menyentuh sampai ke lapisan masyarakat hingga ke pedalaman.
“ Pasukan TNI tersebut akan digelar di sepanjang jalur pembangunan Trans Papua Wamena-Mumugu, khususnya dalam pembangunan jembatan. Tekhnis pelaksanaannya pembangunan akan dilanjutkan oleh satuan zeni konstruksi (zikon) TNI AD, sedangkan tenaga ahli tetap dari PT. Istaka Karya dan PT. Brantas, “ Ungkap Mayjen kepada Redaksi Topik Usai membuka acara Apel Komandan Satuan (Dansat) jajaran Kodam XVII/Cenderawasi di Rindam Ifar Gunung Sentani Papua, Selasa (05/03/19).
Mayjen Yosua menjelaskan bila pembangunan merupakan wujud kehadiran negara di seluruh wilayah kedaulatan NKRI. Namun di Papua ancaman keamanan masih sangat tinggi. Masih ada kelompok yang mempersenjatai diri secara illegal dan melakukan serangkaian tindakan kekerasan dan merongrong kedaulatan negara.
“ Negara tidak boleh mundur hanya karena adanya teror dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Negara akan tetap melanjutkan pembagunan samapai selesai, ini demi untuk kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh rakyat, “ Tegas Mayjen Yosua.
Terkait situasi di Kabupaten Nduga pasca tragedi pembantaian pekerja PT Istaka yang berimbas pada ketakutan warga, Pangdam mengaku bila situasi di Nduga saat ini kondusif. Rakyat yang mengungsi akibat insiden pembantaian terhadap karyawan PT. Istaka Karya lalu sudah mulai kembali ke kampung dan menjalani kehidupan sosial dan ekonomi secara normal.
“ Memang saat itu ada yang mengungsi, tapi sekarang mereka sudah kembali ke kampung, mereka diamankan oleh aparat TNI/Polri dan mendapatkan bantuan sembako dan layanan kesehatan baik dari aparat keamanan maupun dari pemda setempat, “ Beber nya.
Menurut Mayjen Yosua, Rakyat justru trauma terhadap tindakan kekerasan oleh KKSB, bukan kepada TNI, “ Anda bisa membayangkan bagaimana rakyat sipil diikat tangannya dari belakang, dikumpulkan jadi satu kemudian ditembak dan dibantai secara sadis tampa pri kemanusiaan. Guru-guru dan tenaga kesehatan yang sedang bertugas di Mapenduma dianiaya dan diperkosa pada bulan Oktober 2018 lalu. TNI tidak mungkin dan tidak akan pernah melakukan tindakan biadab seperti itu, “ Ungkap Pangdam.
Dijelaskan Mayjen Yosua bila KKSB selalu memumatar balikkan fakta, dibuat seakan-akan TNI adalah pelaku penjahat kemanusiaan, “ Mereka membuat opini bahwa yang dibantai di distrik Yigi pada bulan Desember tahun lalu adalah anggota TNI yang menyamar, tapi nyatanya media bisa melihat langsung korban dikembalikan ke keluarga semuanya adalah warga sipil, bahkan kita lihat yang sedang viral di media sekarang, keluarga membuat surat terbuka kepada Presiden agar informasi tentang nasib anggota keluarganya yang masih dinyatakan hilang agar segera terungkap, “ Pungkas Pangdam. (Redaksi Topik)