Jayapura, Topikpapua.com, – Kelompok Seperatis Egianus Kogoya bersama pengikutnya dinilai aparat penegak hukum adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap sejumlah aksi kriminal yang terjadi enam bulan terakhir di Kabupaten Nduga, Papua.
Berikut sejumlah catatan kriminal yang dilakukan oleh Egianus Kogoya bersama pengikutnya
Tanggal 22 Juni 2018, pesawat Twin Oter PK-HVU milik maskapai Dimonim Air rute Timika-Kenyam ditembak di lapangan terbang Kenyam Ibukota Kabupaten Nduga. Saat hendak landing pesawat diberondong oleh kelompok Seperatis Egianus Kogoya.
Akibat peristiwa itu, pesawat yang mengangkut masyarakat sipil rusak. Sementara Co-Pilot Irene Nur Fadila mendapat luka tembak di bagian bahu.
Tiga hari berselang, tapat nya pada tanggal 25 Juni 2018, pesawat Twin Oter milik Trigana yang mengangkut logistik pemilu dan pihak aparat keamanan kembali ditembak oleh kelompok Seperatis ini.
Peristiwa ini mengakibatkan pilot pesawat bernama Capres Ahmad Kamil terkena luka tembak dibagian punggung.
Di hari yang sama kelompok ini juga melalukan penyerangan terhadap masyarakat sipil di Kota Kenyam.
Sepasangan suami istri meninggal saat peristiwa itu, yakni Hendrik Sattu Kolab (38) dan istrinya Martha Palin (28) bersama Zainal Abidin (20) tewas ditembak. Sedangkan anak Hendrik yang berusia 6 tahun bernama Arjuna Kola mengalami luka parah dibagian wajah akibat dibacok dengan parang.
Tanggal 3-17 Oktober 2018, sebanyak 15 orang guru dan tenaga kesehatan di sander di Distrik Mapenduma oleh kelompok Seperatis. Tak hanya itu ada seorang tenaga kesehatan diperkosa.
Yang terbaru dan masih hangat di beritakan, Tanggal 1-2 Desember 2018, puluhan karyawan PT Istaka Karya yang bekerja untuk melalukan pembangunan jembatan jalan Trans Papua di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi di sandera oleh kelompok ini.
Sebanyak 25 pekerja pembangunan jembatan itu kumpulkan dan dibawa ke Puncak Kabo dan kemudian dieksekusi. Sebanyak 4 orang berhasil melarikan diri dari eksekusi, 2 orang tak diketahui keberadaannya dan 19 orang dipastikan salah satu korban selamat meninggal dunia.
Sehari berselang, tanggal 3 Desember 2018, kelompok ini kembali melalukan pengejaran terhadap karyawan yang melarikan diri menuju ke Distrik Mbua. Kemudian ketika mereka berlindung di Pos TNI 755/Yalet, kelompok ini melalukan penyerangan. Hal itu mengakibatkan 1 anggota TNI bernama Serda Handoko tewas dan 1 anggota TNI lainnya menderita luka.
Tanggal 4 Desember 2018 hingga saat ini, kelompok Seperatis Egianus Kogoya masih menduduki Distrik Yigi yang jaraknya 2 jam berjalan kali dari Distrik Mbua.
Belum ada kabar dari para karyawan PT Istaka Karya yang belum berhasil di evakuasi dari Puncak Kabo. Sementara aparat penegak hukum dari TNI dan Polri sampai sejauh ini mendapat perlawanan dari kelompok Seperatis. Bahkan hari ini, senin (05/11/2018) helikopter yang digunakan TNI ditembaki dan 1 anggota terkena tembakan saat baku kontak di Puncak Kabo.
Wakapendam XVII/Cendrawasih, Letkol Inf. Dax Sianturi mengungkapkan, Egianus Kogoya adalah pelaku pembunuhan di Distrik Yigi, yang dikabarkan pelaku pembunuhan karyawan PT Istaka Karya saat tengah mengerjakan pembangunan jalan Trans Papua.
Disamping itu juga, ia mengklaim kalau Egianus bersama 40 orang pengikutnya melakukan penyerangan terhadap Pos TNI di Mbua yang jaraknya 2 jam berjalan kaki dari Yigi lokasi pembunuhan 31 pekerja pembangunan jembatan.
Menurut Dax, Egianus Kogoya memiliki banyak catatan criminal dan juga kelompok yang bertentangan langsung dengan keutuhan NKRI.
“Jadi Egianus Kogoya ini dalam catatan kita, adalah kelompok yang secara politik bertentangan dengan NKRI. Tak sedikit dari mereka memiliki catatan kriminal,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan, setidaknya kelompok ini memiliki 20-25 senjata api berstandar militer yang diduga hasil rampasan dari anggota TNI dan Polri yang mereka ambil secara paksa.
“Sampai sejauh ini, kita terus berupaya untuk melakukan pengejaran terhadap kelompok ini. Hanya saja mereka sampai sejauh ini belum bisa kita tangkap,” lugasnya.
Dax menambahkan, Egianus Kogoya telah dicap oleh TNI sebagai teroris. “Perbuatannya mereka ini sudah lebih dari teroris. Sangat tak manusiawi. Itu para korban membangun jalan untuk membuka ketertinggalan,” pungkasnya. (Nug)