Jayapura, Topikpapua.com, – Nama Purom Wenda mungkin sudah tak asing lagi di pendengaran kita, aksi – aksi dari pemilik nama asli Purom Okiman Wenda ini sering menghiasi layar kaca dan pendengaran kita lewat media.
Topikpapua.com dalam kesempatan menjumpai Wakapengdam Kodam XVII cenderawasih, Letkol Inf. Dax Sianturi. Dax mengaku bila aksi Purom Wenda sudah di mulai sejak tahun 2012 silam.
“ Sekitar 15 tahun lalu, Purom sudah mulai dengan aksi nya, awalnya hanya pelaku kriminal kelas “teri” yang sering mabuk-mabukan dan memalak masyarakat. Dia beroperasi di wilayah Kabupaten Puncak Jaya, “ ungkap Dax.
Akibat ulahnya yang selalu meresahkan warga, Purom pun masuk dalam kejaran pihak kepolisian. Demi menghindari kejaran polisi, Purom lari ke hutan di Distrik Tingginambut dan bergabung dengan kelompok separatis OPM pimpinan Goliath Tabuni.
Tingkat intelektual Purom yang rendah memudahkan Goliath Tabuni mendoktrin ide-ide separatisme dan rasisme kepada dirinya. Seiring dengan menurunnya aksi kelompok Goliath Tabuni akibat kejaran aparat, Purom pun mulai berusaha menunjukkan eksistensinya.
“ Jadi saat kelompok Goliath sudah mulai diam, Purom menarik diri dari kelompok Goliath Tabuni dan mulai membentuk kelompok tersendiri yang terdiri dari anggota yang berusia muda, brutal, emosional dan tidak berpendidikan. Purom memilih hutan pedalaman di Kabupaten Lanny Jaya sebagai basis kekuatannya, “jelas Dax.
Berikut ini catatan jejak kekejaman kelompok separatis Purom Wenda versi Kodam XVII Cenderawasih yang di terima Topikpapua.com :
Tahun 2012
Kelompok Purom Wenda mulai dikenal ketika melakukan penyerangan terhadap Mapolsek Pirime pada 27 November 2012. Purom dan kelompok nya membunuh 3 orang anggota Polsek Pirime dan merampas 3 pucuk senjata api, 2 senjata api laras panjang dan 1 pistol Revolver.
Beberapa hari kemudian, ketika Kapolda Papua saat itu, Irjen Pol Tito Karnavian meninjau TKP di Mapolsek Pirime, Purom dengan arogansinya melakukan penembakan terhadap rombongan Kapolda. Saat penyerangan tersebut satu anak buah Purom atas nama Wandis Wanimbo tewas.
Sebulan kemudian, Desember 2012, Purom dan kelompok nya kembali menembak seorang warga sipil, Ferdi Turuwalo, seorang pekerja bangunan asal Toraja di kampung Dugom, Distrik Tiom. Jenazah Ferdi ditemukan dengan luka tembak di kepala. Ini menunjukan bahwa Ferdi ditembak dari jarak sangat dekat.
Tahun 2014
Tanggal 30 Mei 2014 sore hari, kelompok Purom Wenda kembali beraksi di depan sebuah kios pengecer BBM, Distrik Tiom. Dia menembak mati seorang anggota Polri bernama Bripda Irfan yang sedang melintas.
Dua bulan kemudian, 17 Juli 2014, seorang warga sipil bernama Nasito, asal Purbolinggo, yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang ojek ditembak di bagian leher oleh kelompok Purom Wenda di dekat SD Inpres Desa Dugume, Distrik Tiom, Kab. Lanny Jaya.
Sekitar seminggu kemudian, 28 Juli 2014, kelompok Purom melakukan penghadangan terhadap Tim patroli gabungan Polres Lanny Jaya dan Polsek Pirime di Kampung Nugume, Distrik Pirime.
Pada 1 Agustus 2014, kembali Purom menunjukan arogansinya dengan melakukan penghadangan terhadap pasukan TNI yang sedang melaksanakan pergeseran pasukan dari Wamena menuju Lanny Jaya. Satu orang prajurit TNI menderita luka tembak dan 5 orang kelompok Purom tewas dalam kontak senjata tersebut.
Tiga hari kemudian, 4 Agustus 2014, kelompok separatis ini kembali menyerang konvoi personel Brimob Papua yang sedang mengawal Sekda Kab. Lanny Jaya di sekitar jembatan Yalipok, lerbatasan Kampung Jiwili dan Kampung Wiremgembur. Satu orang personel Brimob menderita luka pada kornea mata terkena kelongsong peluru.
Tahun 2015
Dua orang warga sipil bernama Giku Murib dan Markus, yang bekerja sebagai pengemudi dan operator alat berat CV Nirwana menderita luka tembak di tangan dan bahu kiri setelah mobil yang mereka tumpangi ditembak dari arah belakang di Distrik Popome. Kelompok Purom juga membakar 1 unit Escavator milik CV Nirwana.
Tahun 2016
Siang tanggal 22 Agustus 2016, seorang warga sipil karyawan PT Asjaya berusia 36 tahun bernama Simon, asal Toraja, ditembak mati di bagian kepala dan dada kanan oleh kelompok Purom Wenda di desa Kome, Distrik Malagaineri, Kab. Lanny Jaya.
Tahun 2017
Bripka Awaludin mengalami luka parah di kepala akibat penembakan yang dilakukan oleh kelompok Purom Wenda di kios milik Awaludin di Pasar Tiom, Distrik Tiom, Kab. Lanny Jaya pada 1 Mei 2017.
Pada awal Desember 2017, kelompok Purom Wenda menembaki anggota Mapolsres Lanny Jaya yang sedang melaksanakan apel pagi dari ketinggian depan Mapolres. Tidak ada korban jiwa, namun sejumlah kaca di Mapolres pecah terkena tembakan.
Tahun 2018
23 Mei 2018, pegawai Pemda Kab. Lanny Jaya tidak luput dari gangguan teror kelompok Purom. Saat melaksanakan distribusi dana bantuan sosial kepada masyarakat di Distrik Ballinga, mereka mendapat tembakan dari arah bukit sekitar lokasi. Berkat kesigapan personel keamanan, kegiatan dapat berlangsung tanpa menimbulkan korban dan kerugian material.
Pada Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan ke – 73, tanggal 17 Agustus 2018, kembali kelompok Purom Wenda meneror masyarakat yang sedang melakukan upacara dengan mengeluarkan tembakan di sekitar lokasi upacara. Meskipun tidak ada korban, namun aksi tersebut menimbulkan ketakutan bagi masyarakat Lanny Jaya.
Tanggal 2 November 2018, seorang tukang ojek bernama Yanmar, asal Sulawesi Selatan, ditembak mati di bagian leher di sekitar daerah pintu angina, Balingga.
Tanggal 12 November 2018, kelompok Purom kembali menjadikan tukang ojek sebagai target mereka. seorang tukang ojek atas nama Aldi di tembak di jalan Wiringgabut – Kali Kabur, beruntung peluru tidak mengenai kepala Aldi.
Berdasarkan data diatas, Topikpapua.com lalu menghitung jumlah korban akibat aksi kelompok Purom Wenda sejak tahun 2012 – November 2018, dan kami dapati jumlah korban tewas sebanyak 16 orang yang terdiri dari 4 personil TNI/Polri, 4 warga sipil dan 6 anggota kelompok Purom. Sedangkan yang mengalami luka-luka sebanyak 5 orang, 3 orang dari TNI-Polri dan 2 lainnya warga sipil.
Kekejaman kelompok Purom Wenda memang menjadi momok yang menakutkan bagi warga Papua, khusus nya di daerah kabupaten Lanny Jaya. “ Hampir seluruh korbannya ditembak di bagian kepala, leher dan dada, Ini menunjukan bahwa korban dihabisi dari jarak dekat dan tanpa perlawanan, “Ungkap Dax.
Tidak terlihat sama sekali rasa takut akan Tuhan pada dirinya. Purom Wenda pun sebenarnya sadar bahwa tindak-tanduknya disamping menimbulkan korban jiwa aparat dan warga sipil, juga mengakibatkan tewasnya beberapa anggotanya.
“ Mungkin bagi Purom nyawa orang tak ada harganya, ia seakan tidak perduli. jangankan nyawa orang lain, nyawa anggotanya pun seakan tidak berharga bagi nya. Purom Wenda harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum. Bila tidak menyerah, sampai kapan pun Purom akan kami kejar dan menghadapi ancaman hukuman mati atas perbuatannya, “ Pungkas Wakapengdam XVII Cenderawasih, Letkol Inf. Dax Sianturi. (admin)