WHO Rilis 3 Indikator Utama Penerapan New Normal, Sudah Siapkah Papua..?

oleh
Cap : illustrasi penerapan New Normal / ist

Jayapura, Topikpapua.com, – WHO (World health Organization) atau organisasi kesehatan dunia merilis 3 indikator utama yang harus di penuhi untuk bisa menerapkan Status New Normal di suatu Negara/daerah.

Ketiga indikator tersebut yakni, Penurunan basic reproduction number (RO), Kesiapan sistem kesehatan, dan Jumlah tes.

Pemerintah Indonesia pun mulai tertarik untuk menerapkan pola tatanan kehidupan Baru yang dikenal dengan istilah New Normal ini, bahkan sudah 4 Provinsi serta 25 kabupaten/kota di Indonesia yang berencana menerapkan skenario tersebut.

Lalu, Bagaimana dengan Provinsi Papua..? Redaksi Topik mencoba untuk membahas tiga indikator ini, sesuai dengan fakta lapangan dan kondisi di Provinsi Papua.

Penurunan basic reproduction number (RO)

Berdasarkan data dari Satgas Covid-19 Papua, hingga Senin, 1 Juni 2020 total komulatif pasien positif covid-19 di Papua sebanyak 815 Kasus, dimana 571 pasien dalam perawatan, 232 pasien berhasil sembuh dan ada 12 pasien yang meninggal dunia.

Angka tersebut di perkirakan masih akan naik mengingat hingga kini masih banyak sampel swab hasil rapid reaktif yang belum di periksa di laboratorium dengan metode PCR.

Lalu bagaimana dengan jumlah RO di Papua…? Menurut Jubir Satgas Covid-19 Papua, dr.Silwanus Sumule, hingga kini angka RO atau tingkat penularan Covid-19 di Papua berkisar diantara 1,5 hingga 1,8 atau lebih tinggi dari rate standar WHO yaitu 1.

“ Kalau skala Provinsi hasil hitungan kita RO nya masih ada di angka 1,5 hingga 1,8 , sementara untuk Syarat New Normal RO yang disarankan WHO harus di bawah angka 1, “Kata Dokter Sumule kepada Redaksi Topik, Senin (01/05/20) malam.

Dijelaskan Sumule makna dari angka 1,8 artinya dari 1 orang yang terinfeksi bisa menularkan kepada 8 orang normal atau sehat, “angka kita masih tinggi, dan harus kita tekan hingga di bawah satu, kalau angka RO kita 1 atau dibawah 1 itu maknanya sudah tidak ada penularan lagi,”Ujar Sumule.

Sumule juga mengatakan bila saat ini Satgas Covid-19 Papua akan segera berkoordinasi dengan satuan gugus tugas di kabupaten/kota se-papua untuk menghitung RO per kabupaten, sehingga bila di temukan ada kabupaten yang RO nya di bawah 1 maka dimungkinkan sudah bisa menerapkan New Normal.

“Saat ini tim satgas mulai menghitung RO per kabupaten dan hasilnya akan segera di bahas pada tanggal 4 juni,  saat ini acuan kita adalah 1,5 hingga 1,8  dan akan kami pantau ketat tiap harinya, semoga nanti pada tanggal 4 Juni itu RO nya sudah di bawah 1, “Beber Sumule.

Diakui Dokter Sumule untuk menentukan bisa tidaknya suatu daerah menerapkan New Normal tidak hanya di lihat dari satu aspek saja, namun juga dari aspek lainnya.

“Kita harus sangat hati-hati dalam memutuskan masalah new normal ini, Khususdi Papua kita harus evaluasi dari segala aspek, baik itu kesehatan,sosial, ekonomi, keamanan, budaya dan aspek lainnya, “Kata Sumule.

Kesiapan Sistem Kesehatan

Hingga kini jumlah pasien Positif Covid-19 di Papua yang dirawat sebanyak 571 orang, terbanyak di rawat di kota Jayapura, yakni 275 pasien.

Dengan melonjaknya jumlah pasien positif covid-19, Pemerintah Papua lalu mengambil kebijakan untuk menjadikan RSUD Abepura sebagai Rumah sakit Khusus untuk menangani pasien Covid-19.

Tak sampai disitu, Semua rumah sakit di Kota jayapura saat ini pun sudah dijadikan rumah sakit pendukung untuk merawat pasien Covid-19 di Papua.

“Sejak Pandemic Covid-19 ini WHO menyarankan tiap rumah sakit menyiapkan 60 persen tempat tidur untuk pasien covid, artinya bila ada 100 tempat tidur di satu rumah sakit, maka rumah sakit tersebut harus menyiapkan 60 tempat tidur untuk pasien covid-19, “Kata Dokter Sumule.

Walau sudah hampir semua tempat tidur di 8 rumah sakit di kota Jayapura di pakai untuk pasien covid, namun faktanya dengan peningkatan jumlah pasien positif di kota Jayapura dan daerah sekitarnya memaksa pemerintah kota untuk menyiapkan fasilitas lain untuk menampung pasien covid.

Jubir gugus tugas Covid-19 Kota Jayapura, Dokter Ni Nyoman Sri Antari mengatakan saat 8 rumah sakit di kota Jayapura sudah tak bisa lagi menampung pasien covid-19, Bahkan terdapat 109 pasien covid yang di rawat di Hotel Sahid Jayapura.

“Dari yang sedang dirawat ini, ada 109 pasien per hari ini yang kita rawat di Hotel Sahid karena rumah sakit di kota ini penuh. Ini kita masih jemput lagi karena kemarin ada tambahan 56 pasien lagi,” kata dr. Nyoman, Sabtu (30/05/20).

Dijelaskan Dokter Nyoman, saat ini Rumah sakit di Kota Jayapura hanya menampung pasien yang dalam kondisi sakit sedang sampai berat, sementara untuk pasien yang dalam kondisi sakit ringan atau yang tanpa gejala akan di rawat di hotel Sahid atau di Diklat kota raja.

 “Kalau rumah sakit bisa menampung, kami kirim ke rumah sakit, tapi Ini rumah sakit sudah ngak bisa menampung lagi. Makanya dirawat di hotel untuk pasien yang kondisinya tak bergejala dan yang sakit ringan,” Jelas Nyoman.

Menurut dr. Nyoman, dalam satu minggu ke depan, diduga lonjakan penambahan kasus akibat wabah ini masih terus terjadi. Sebab saat ini, masih terus melakukan Rapid Test secara masif di beberapa lokasi yang masuk zona merah, seperti di daerah Hamadi.

“ Masih akan naik ya.., saya contohkan saja di Hamadi itu dari 6.396 warga yang kita rapid, hasilnya ada 857 yang Reaktif dan hingga kini baru 690 yang sampel swabnya sudah di PCR, masih ada 200 san sampel kita yang belum di PCR, “ Ungkap dokter Nyoman.

Selain masalah daya tampung Rumah sakit yang terbatas, masalah lainnya adalah minimnya tenaga medis dan dokter spesialis, Fasilitas kesehatan dan Fasilitas penunjang lainnya, seperti alat PCR, Rapid test dan Reagen yang juga sulit di dapatkan.

“Jumlah pasien terus bertambah sementara jumlah tenaga medis tidak bertambah, fasilitas kita di rumah sakit juga terbatas, belum lagi fasilitas lainnya seperti ketersediaan reagen untuk PCR, rapid test dan yang lainnya. Ini semua serba terbatas, tapi mau tidak mau, siap tidak siap kita tetap harus bkerja, “Beber Dokter Sumule.

Hingga kini ada 16 rumah sakit rujukan Covid di Papua yang tersebar di semua wilayah adat, namun dari 16 Rumah sakit tersebut hanya beberapa rumah sakit saja yang secara fasilitas bisa menanganani pasien covid, seperti di Kota Jayapura, kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, kabupaten Biak Numfor, Nabire, Merauke dan kabupaten kepulauan Yapen.

Jumlah Test

Sejak pandemic Covid-19 ‘menjajah’ Papua pada 17 Maret lalu, baik satgas covid-19 Papua maupun satuan gugus tugas di kabupaten/kota di papua telah melakukan rapid secara masif.

Berdasarkan laporan dari Satgas Covid-19 Papua, hingga kini sudah di lakukan sebanyak 20.243 rapid test diseluruh Papua. Pertanyaannya adalah berapa persen kah warga yang harus melakukan rapid untuk mengetahui jumlah RO dari covid-19 di Papua…?

Menurut dokter Sumule, berdasarkan surat edaran dari kementrian kesehatan, idealnya Rapid test di lakukan terhadap 50 persen warga pada daerah yang terdampak.

“Idealnya begitu ya.., itu berdasarkan surat edaran dari kemenkes, namun kita di Papua berat untuk bisa lakukan itu, banyak faktor ya.., salah satunya masalah pembiayaan,”Ungkap Dokter Sumule.

Sekedar informasi, harga satu alat Rapid test berkisar antara 300-400 ribu rupiah .

Dijelaskan Sumule solusinya dengan melakukan pemetaan terhadap daerah mana saja yang masuk zona merah di tiap kabupaten/kota yang sudah di temukan kasus positif.

“Misalnya di Kota Jayapura, kita petakan daerah Hamadi masuk zona Merah, maka akan kita lakukan rapid masif disana. Metode yang kita gunakan dengan mengambil sampling di tiap spot yang ada pasien positifnya, “Jelas Dokter Sumule.

Lanjutnya, untuk daerah yang kuning atau hijau akan di lakukan pengawasan secara ketat, “disinilah tugas tim surveilance untuk mentrasing warga yang pernah berkunjung atau kontak dengan warga yang berasal dari zona merah, bila di temukan maka akan di rapid, “Beber Sumule.

Sumule mengaku, untuk mengetahui berapa besar penyebaran covid-19 di suatu daerah idealnya dengan langsung melakukan test PCR, namun karena keterbatasan biaya dan SDM maka kebijakan pimpinan di Papua hingga kini masih memakai metode Rapid test.

“ Kalau langsung PCR bisa langsung kita ketahui secara cepat berapa besar RO kita di Papua, namun karena keterbatasan fasilitas, SDM dan biaya, maka hinga kini kita masih pake metode Rapid, hasil test rapid bila reaktif barulah akan di lanjutkan dengan PCR, “Ungkapnya.

Data dari Satgas Covid-19 Papua, Hingga 1 Juni 2020, Papua telah berhasil melakukan uji swab terhadap 5.040 sampel dan hasilnya di temukan 815 yang positif Covid-19.

Adapun WHO merekomendasikan agar tes corona dapat di lakukan dengan persentase kasus positif terhadap jumlah orang yang melakukan pengetesan (positivity rates) maksimal sebanyak 10 persen.

Artinya apabila ada 10 swab yang di tes PCR hanya di temukan 1 yang positif.

Bila merujuk dari rekomendasi WHO maka di Papua dari 5.040 test swab yang sudah di lakukan dengan hasil 815 yang positif (per 1 juni) maka positif rate Papua masih berada diangka 16,4 persen, atau lebih tinggi 6,4 persen lebih tinggi dari yang disarankan WHO.  (Redaksi Topik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.