Merauke, Topikpapua.com, – Hari masih subuh. Sebelum Baskara memancarkan sinarnya, dari kejauhan di sudut Bandara Mopah Merauke, nampak seorang pria renta mendorong sebuah gerobak yang berisikan sapu, karton dan beberapa karung goni.
Dalam perjalanannya menuju Bandara Mopah, sesekali pria itu berhenti untuk memungut sampah yang berserakan di sekitaran bandara.
Ya, Lilik namanya. Pria uzur yang November ini akan genap berusia 76 tahun ini sudah 15 tahun berjibaku sebagai petugas kebersihan yang ditugaskan oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Merauke untuk membersihkan Bandara Mopah setiap harinya.
Biasanya, dalam sehari Lilik bisa mengumpulkan sampah hingga 5 karung, baik itu sampah plastik maupun sampah lainnya.
Namun sejak koneksi internet putus di Kota Merauke, ia harus bekerja lebih extra untuk membersihkan arean bandara tersebut.
Diketahui tiga minggu terakhir pasca terputusnya akses internet di kota rusa ini, banyak warga yang berbondong-bondong ke Bandara Mopah hanya untuk mencari koneksi layanan data.
Pasalnya, koneksi internet di Kota Merauke saat ini hanya bisa diakses di beberapa spot saja, salah satunya adalah Bandara Mopah.
Dan menurut Bupati Merauke, Romanus Mbaraka usai berkomunikasi dengan pihak Telkom, koneksi internet di daerah tersebut baru akan kembali normal awal Mei mendatang.
Tak ayal, dampak dari ramainya kunjungan warga untuk berburu internet di kawasan bandara tersebut, turut menambah volume limbah sampah yang ada.
“Sebelumnya itu hanya 4-5 karung saja. Tapi dalam 3 minggu terakhir yang katanya internet putus, saya sendiri kerja bisa dapat 15-20 karung sampah setiap hari. Bahakn tadi saya dapat 26 karung” kata Lilik saat ditemui Redaksi Topik, Senin (11/4/2022).
Kendati harus berhadapan dengan situasi seperti ini, Lilik tak pernah bersungut. Ia justru bekerja dengan semangat dan ikhlas
Menurut Lilik, bekerja sebagai petugas kebersihan dengan areal kerja di Bandara Mopah Merauke, adalah suatu kebanggaan baginya.
Baginya, Bandara Mopah Merauke ibarat seorang anak gadis yang harus dijaga kecantikan fisik dan ahlaknnya.
“Kebersihan itu bagian dari iman, bertugas sebagai petugas kebersihan disini sama saja dengan merawat dan mendidik anak perempuan. Karena bandara ini adalah pintu masuk ke kota ini”.
“Kebersihan di sini adalah tanggung jawab kita agar semua yang datang kesini melalui bandara ini punya kesan pertama yang baik saat menginjakkan kaki di kota ini,” timpal Lilik.
Soal upah yang diperolehnya sebagai pasukan kuning, kata Lilik, ia dibayar secara harian dan jumlah yang didapat itu dirasa cukup untuk membiayai kehidupannya sehari-hari.
“Saya dapat Rp 90.000 perhari, ya cukuplah untuk biaya hidup. Anak-anak saya juga sudah bekerja semua,” bebernya.
Lilik memang tidak mengeluh dengan upah harian yang dia dapatkan selama ini. Namun, satu harapan yang diinginkannya yakni Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup setempat dapat memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepadanya saat momen Hari Raya Idul Fitri.
“Karena sudah 5 tahun ini kita tidak dapat THR. Ya, mudah-mudahan tahun ini bisa dapat,” tandas Lilik. (Redaksi Topik)