Tolikara, Topikpapua.com, – Mahalnya harga bahan bakar minyak (BBM) di wilayah pedalaman Papua masih saja terjadi. Kendati Presiden Joko Widodo telah menerapkan kebijakan BBM satu harga guna menyeragamkan harga jual resmi BBM seluruh di pelosok Indonesia, namun rupanya kebijakan tersebut belum juga efektif.
Seperti fakta yang terjadi di wilayah pegunungan Papua, tepatnya di Kabupaten Tolikara, dimana selama sejak Desember 2021 hingga awal Januari 2022 ini harga bensin di Kota Karubaga, sebagai pusat ibu kota kabupaten setempat tembus mulao Rp 50 ribu per liter, sedangkan harga solar sekitar Rp 40 ribu per liter.
Sementara di wilayah distrik yang ada di pelosok seluruh Tolikara, harga BBM khusus bensin dan solar melonjak lebih tinggi di angka Rp100 ribu per liter .
Melihat fenomena memprihatinkan ini, Persatuan Abang Ojek Tolikara Papua menyampaikan aspirasinya kepada Presiden Jokowi agar menurunkan harga BBM yang melambung jauh ini.
Menurut wadah yang yang mengakomodir tukang ojek di Tolikara itu, harga BBM itu melonjak akibat pasokan BBM bersubsidi pemerintah pusat yang biasa didistribusikan dari Timika terhenti, sementara pasokan BBM dari Wamene, Kabupaten Jayawijaya berkurang.
“Banyak abang ojek enggan untuk mengisi bensin di kendaraan mereka penuh karena berharap harga akan menurun. Pendapatan para abang ojek pun setiap hari menurun jauh karena sepinya penumpang akibat mahalnya ongkos angkutan,” kata Ketua Persatuan Abag Ojek Kabupaten Tolikara Papua, Cristian Kogoya, Senin (3/1/2022).
Cristian mencontohkan, saat menjelang Natal 2021, masyarakat dari kampung yang harus membeli kebutuhan Natal di Kota Karubaga harus menyewa ojek dengan ongkos sewa lebih mahal dari biasanya.
Seperti di Distrik Goyage, salah satu distrik terdekat berjarak lebih dari 15 kilo dari Kota Karubaga, dimana ongkos ojek sebelumnya Rp 200 ribu sekarang naik menjadi Rp 400 ribu atau 2 kali lipat.
Christian menjelaskan, harga minyak yang melonjak ini sontak menjadi beban bagi komunitas abang Ojek yang berpenghasilan rendah. Selain itu, sambungnya, berdampak pula bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Karena mahalnya harga BBM ini membuat masyarakat dari kampung sulit ke kota untuk menjual hasil pertanian dan membeli kebutuhan rumah tangga,” terangnya.
Christian pun berharap di momen awal tahun baru 2022 ini, Presiden Jokowi bisa menurunkan lonjakan harga BBM, karena kemahalannya berimbas langsung bagi harga bahan pokok di pasaran.
“Masyarakat di Tolikara untuk menjangkau ke kampung hanya bisa dengan ojek, karena menyewa mobil ongkosnya lebih mahal. Karena itu BBM bersubsidi segera dilancarkan kembali sebagai salah satu solusi,” tandas Christian.
Senada dengan Christian, Galih salah satu warga pendatang yang berprofesi sebagai abang ojek juga merasa prihatin, lantaran harga BBM melonjak dua hingga lima kali lipat.
“Dulunya harga solar dan bensin sekira Rp 25 ribu per liter. Saat ini di Kota Karubaga melonjak Rp50 ribu per liter, tetapi di distrik pelosok seluruh Tolikara sebelumnya Rp 50 ribu per liter sekarang melonjak tinggi Rp 100 ribu per liter,” bebernya.
“Kami abag ojek bagaimana mau mengantar masyarakat tetapi kami juga rugi karena medan jalan sulit, sementara BBM sangat mahal. Kami mohon Bapak Presiden Joko widodo segera mangambil langkah cepat mengurai kesulitan ini,” imbuh Galih. (Redaksi Topik)