Oleh : Robert NB. Sihombing (Guru SMAN 1 Jayapura)
“Selama masa karantina hingga kepulangan, kami dimanusiakan,” demikian kata Robert BN Sihombing seorang guru SMA di kota Jayapura, dalam cerita singkatnya selama menjadi pasien Covid-19 Kota Jayapura.
Roberth Bn Sihombing dan Istri terdiagnosa positive Covid-19 dengan status Orang Tanpa Gelaja (OTG) pada 22 Juni 2020, setelah melakukan tes Covid-19 sukarela.
“Kami sekeluarga secara sukarela memeriksakan diri untuk Test Covid, karena merasa ada faktor resiko dari istri saya yang beberapa hari membantu orang sakit, dan endingnya orang tersebut dinyatakan : Rapid Non Reaktif , namun Swabnya Positif (setelah beberapa hari kemudian),” ungkap Robert.
Sekitar pukul 23.00 WIT, 22 Juni 2020, istri Robert menerima telepon dari dokter paru tim Satgas Covid kota Jayapura, dengan keterangan bahwa Ia dan istri dinyatakan positif, sementara 5 anggota keluarga yang juga tes PCR saat itu, hasilnya Negatif.
“Ada dua pilihan yang diberikan, dijemput tim Covid, atau datang sendiri ke Pusat Karantina Covid-19 Kota Jayapura, di Hotel Sahid, dan kami putuskan datang sendiri, dengan pertimbangan agar tidak jadi kehebohan dilingkungan tempat tinggal kami,” katanya.
23 Juli, awal mula Roberth dan Istri mulai menjalani perawatan di Pusat Karantina Covid-19 Kota Jayapura, di Hotel Sahid. Dalam perawatannya, Roberth akui, tidak ada yang istimewa. dan pasien diwajibkan mengikuti semua saran dan obat dari Dokter.
Selain itu, pasien wajib menjalani olah raga pagi mulai Pukul 07.00-09.00 WIT dan Sore pukul 15.00-17.00 di area lapangan yang disediakan, termasuk ibadah bagi Muslim dan Kristen, dengan jadwal terpisah setiap harinya.
Selain pengobatan dengan Oseltamivir Phosphate , pagi dan malam hari, pasien juga diberikan vitamin C dalam dosis banyak dan secara sadar dan tanpa paksaan, vitamin itu kami konsumsi dengan harapan cepat sembuh.
“Disisi lain, istri saya selalu membuatkan ramuan minuman : Kunyit, Jeruk Asam, Jahe, Madu dicampur jadi satu untuk kami minum setiap pagi,” akunya.
Tak hanya itu, seluruh pasien yang dirawat juga diberikan informasi melalui Webinar IDI Provinsi Papua. Informasi itu berupa saran-saran kesehatan, untuk membersihkan/Spulling hidung (spulling dengan cairan Na.Cl 0,9%+ Betadine (satu tutup botol) sebanyak 3-5 (@ 10 CC) sekali semprot/tindakan – pagi dan malam
“Kami juga dianjurkan berkumur dengan Betadine – Mouthwash and Gargle* setiap harinya,” katanya.
Namun saat itu kami ganti dengan Listerin (warna biru), Ia beralasan, karena saran IDI tersebut, juga diperolehnya saat mengikuti acara mereka via aplikasi zoom.
“Saya lakukan itu, tapi istri saya enggan melakukan, karena takut, terselak, rasanya tidak enak,” jelasnya dengan keyakinan akan mendapatkan hasil berbeda untuk hasil Swab pertama selama masa pengobatan/karantina.
Selang 8 hari, Robert melakukan swab dan hasil swab pertama setelah menjadi pasien, diperoleh pada 30 Juni 2020 dengan hasil Negatif. “ Tapi hasil istri masih tetap Positif,” akunya
Hingga akhirnya, istri memintanya untuk mengajarkan cara spulling dan Gargling yang benar (sesuai video yg beredar).
Faktor kebersihan juga menjadi prioritas istri, mulai dari ruang kamar, alat makan, perangkat sholatnya, kamar mandi dan lainnya, selama masa karantina.
Dan yang paling utama, Robert mengakui, jangan stress. Jalani hari seperti biasa, jalin komunikasi dengan pasien lainnya, ikuti webinar, olah raga, dan tetap yakin akan disebuhkan.
“Kami berusaha tidak stress. Hari-hari kami lalui dengan bermain Ludo berdua, mencuci pakaian bersama, olah raga bersama, diskusi dengan sesama teman yang terinfeksi dari berbagai latar belakang dan pengalaman..mengikuti beragam seminar on line (Webinar) termasuk masalah Covid,” ceritanya.
Hingga akhirnya, 11 Juli Swab ke dua keluar dan hasilnya negative. “Saya negatif untuk kedua kalinya-sehingga dirujuk untuk pulang, sedangkan istri saya yg baru satu kali punya hasil Swab negatif, tetap tinggal menjalani perawatan,” katanya
Bersamaan dengan kepulangan saya, istri menjalani Swab ke 3.
Tanggal 15 Juli akhirnya dinyatakan negatif , dan boleh pulang ke rumah untuk isolasi mandiri.
Kata Robert, inti dari pengalamannya selama menjadi pasien Covid-19, selama masa karantina hingga kepulangan, kami dimanusiakan. Dilayani dengan baik dan sopan, baik oleh petugas maupun oleh pihak Hotel.
“Saya yakin, setiap daerah mempunyai tata cara yg berbeda dalam penanganan,” katanya. **